Wabah Corona dan Komoditas Pertanian

Sebagaimana yang kita tahu, di tahun 2020 ini, Wabah penyakit Covid19 telah menjadi Pandemi dan merebak ke seluruh penjuru dunia. Angka kematian pun naik drastis di berbagai negara karena penyakit ini. Tak sangka, bahkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Italia malah menjadi negara terparah yang terdampak virus Corona ini. Sedangkan negara maju lainnya sendiri, Cina disinyalir menjadi ground Zero penyebaran wabah ini.
     Diketahui wabah virus ini merebak pertama kali di kota Wuhan, Cina. Namun benar atau tidaknya sendiri masih menjadi sebuah kontroversi. Kendatipun demikian, banyak bukti yang dimuat media yang menyatakan orang-orang terinfeksi virus dari makanan yang mereka konsumsi. Terus terang, mereka sering mengonsumsi daging binatang liar yang bahkan bagi saya sendiri sangat menjijikkan. Seperti daging kelelawar, tikus dan olahan makanan ekstrim lainnya.
     Mungkin sebagian dari kita menyalahkan pola makan mereka yang (dinilai) 'rakus' dan memakan apa saja, seolah tak ada lagi makanan yang layak dimakan lagi. Faktanya, daging hewan-hewan liar tersebut sudah menjadi barang yang ekonomis di sana, banyak juga yang menjualnya. Mereka pun terbiasa mengonsumsi daging hewan-hewan tersebut. Namun pernahkah kita berpikir, seandainya mereka sudah sering mengonsumsi daging hewan-hewan tersebut, pertanyaannya bagaimana bisa mereka yang sudah terbiasa dan kebal ini terinfeksi virus? dan kenapa kejadiannya baru sekarang? inilah yang menjadi masalahnya. Penyebab adanya virus Corona ini seolah tiba-tiba muncul, tak tahu darimana arah datangnya dan masih menjadi misteri.
      Di samping itu, banyak juga dampak diakibatkan merebaknya wabah ini. Salah satunya di dunia pertanian. Di satu sisi, sekarang lockdown dilakukan di mana-mana, termasuk di pasar. Kondisi pasar sendiri kadang sepi, dan tak ada pembeli atau bahkan tak ada penjual sama sekali. Para petani kebingungan ke mana ia harus menjual sayurannya. Maka harus Door to door.
   Sedangkan di sisi lain, harga komoditas pertanian di pasar sendiri sedang naik. Misalnya saja harga cabai, bawang dan gula. Meski demikian, salah satu sektor yang tak akan runtuh karena wabah ini adalah pertanian, bahkan pertanian bisa menyelamatkan ekonomi Indonesia dikala sektor Pariwisata dan perdagangan collapse. Diketahui bahwa kebutuhan masyarakat akan sayuran sendiri sedang meningkat, ini karena hasrat hidup sehat sedang meningkat di tengah wabah ini. Sayuran sendiri banyak mengandung gizi dan vitamin yang baik untuk imunitas tubuh dalam menghadapi penyakit. Maka komoditas sayuran akan mengalami excess of demand, di mana banyak yang membeli sayuran, namun jumlahnya terlalu sedikit untuk memenuhi permintaannya. Menyebabkan harganya naik, dan menguntungkan para petani dan penjual sayuran. Dan jika kita meningkatkan produktivitas, maka wabah ini menjadi peluang besar bagi negara agraris untuk maju.
     Maka tinggal lakukan penyesuaian saja, melalui beberapa tindakan seperti:
1. Perbaikan sistem pemasaran
2. Operasi pasar (Pengawasan terhadap dinamika harga yang tidak wajar)
3. Pengadaan pelatihan skill untuk mengolah pertanian agar menghasilkan sesuatu yang berkualitas
4. Bulog harus menjadi pasar terakhir bila para petani kehilangan pasarnya
contoh:
      Bisa dilakukan atau tidak, yang saya usulkan cukup sekian. Jangan lupa react dan komen, ya!
#Lawan_Covid19
#Agrobisnis
      

Bagikan

Baca Juga

Selanjutnya
« Sebelumnya
Sebelumnya
Selanjutnya »
0 Komentar untuk "Wabah Corona dan Komoditas Pertanian"

Peraturan berkomentar:
» Berkomentarlah dengan bijak
» Jangan meninggalkan spam, promosi dan link aktif. Jika memaksa, link tak boleh aktif (titik diganti dengan koma). Contoh masrenoblog,blogspot,com